Senin, 31 Oktober 2016

Xpresi: Tabungan Praktis Simpel, Banyak Kelebihan


Senin, 31 Oktober 2016

Ayo Menabung!
Pas banget postingan ini karena hari ini adalah Hari Menabung Internasional. Sementara bagi Indonesia ini pertama kali diperingati sebagai Hari Menabung. Menabung diharapkan menjadi Inklusi Keuangan, artinya seluruh masyarakat dapat dengan mudah terjangkau oleh produk-produk tabungan. Masih banyak ternyata saudara-saudara kita, terutama di daerah pedesaan yang belum menyadari pentingnya menabung di lembaga keuangan.

Bagi orang kebanyakan menabung bukan hanya sekedar menyetor uang, tapi juga untuk mengatur penghasilan dan pengeluaran supaya dapat dipilah-pilah sesuai kebutuhan dan kemampuan. Hampir semua penabung sudah memiliki kartu ATM. Tidak dapat dipungkiri, kartu ATM memang mempermudah kita dalam banyak hal. Sebagian besar untuk mengambil uang, selain itu juga dapat membayar tagihan rutin (listrik, air, telepon, internet, cicilan macam-macam). Sudah gak jaman bawa uang banyak-banyak dalam tas. Cukup dengan satu kartu saja.

Nah, ngomongin kartu ATM, saya ingin bercerita tentang salah satu produk yang sangat istimewa. Tahapan Xpresi, salah satu bentuk tabungan dari BCA. Apa yang membuat Xpresi ini sangat istimewa?

Saya sebenarnya menjadi nasabah BCA sudah cukup lama, sejak 2009. Saat itu saya menggunakan Tahapan BCA, dengan kartu ATM Paspor BCA. Banyak sekali kemudahan dari Paspor BCA. Bisa untuk penarikan uang, debit/belanja, bayar bermacam-macam tagihan, isi pulsa, bahkan setor tunai di bank.

Ketika saya masih di Samarinda, mesin setor tunai ini sangat penting karena saya sering menerima uang perjalanan dinas pada sore hari. Kalau mau disetor besok hari, gak bisa karena sudah harus berangkat dinas. Mau gak mau disetor sepulang kerja supaya masuk tas, bahaya kalau uang segepok gitu ditaruh di tas. Untungnya di Samarinda banyak kantor cabang BCA (ada sekitar 5 cabang) dan pasti setiap cabang ada mesin setoran tunainya (CDM).

Debit BCA juga unik. Otorisasinya harus dengan PIN, tidak bisa dengan tanda tangan. Saya pernah menggunakan kartu ATM dari bank lain di EDC beda bank, otorisasinya dengan tanda tangan. Ini kan sangat berisiko, orang bisa dengan mudah meniru tanda tangan karena tanda tangan sudah tercantum di balik kartu. Sementara, kartu ATM BCA digesek di EDC bank manapun pasti dengan PIN. Super aman. Gak perlu khawatir akan dibobol. Eh, tapi digesek di EDC bank lain ini kasus yang sangat jarang sekali, karena EDC BCA sepertinya merajai di negeri ini.

Saya mulai tertarik dengan Xpresi ketika masa awal produk ini, sekitar tahun 2013. Ketika baca website BCA, saya merasa aneh, kenapa tabungan kok cuma dengan kartu, tidak ada buku tabungan? Setelah membaca dan browsing serta tanya-tanya di twitter HaloBCA, Xpresi justru memberikan kemudahan. Nasabah jika kehilangan kartu, cukup ke cabang terdekat dengan menunjukkan identitas ketika pembukaan rekening (seperti KTP). Kalau Tahapan BCA harus menyertakan buku tabungan. Nah, di sini saya mulai beralih ke Xpresi karena alasan praktisnya, cuma berupa kartu (tanpa buku).

Xpresi ini kartunya multidesain. Kita bisa memilih desain sesuai selera kita. Ada tema olahraga, musik, kartun, nasionalisme, dll. Jadi bisa "gue banget", orang-orang bisa heran, "Eh, itu kartu apa sih, kok gak pernah lihat?" Wkwkwk.

Jadi itulah istimewanya Tahapan Xpresi. Simpel karena cuma berupa kartu, namun tidak perlu khawatir karena mutasi bisa dicek di internet banking. Selera muda dengan aneka multi desain. Aman karena seluruh transaksi dengan PIN. Terlebih lagi, biaya administrasi bulanannya cuma 5 ribu dan saldo minimalnya 10 ribu. Jauh lebih murah dibanding Tahapan biasa yang biaya adm 15 ribu dan saldo minimal 50 ribu. Murah kan...

Oh iya, ngomongin BCA, gak ada salahnya saya kasih pengalaman ketika apply kartu kredit. Saya iseng-iseng mengajukan kartu kredit BCA ketika PRJ/Jakarta Fair bulan Juli lalu. Saya masih inget, saya apply hari Sabtu ketika hari Minggu (besoknya) adalah penutupan PRJ. Nah, hari Kamis (5 hari setelahnya) saya mendapat SMS bahwa kartu kredit saya disetujui. Benar-benar luar biasa.

Menurut saya, Xpresi ini inovasi BCA dalam menghadirkan tabungan yang praktis simpel dan memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi nasabahnya.

#MyBCAexperience #InovasiBCA
BCA Senantiasa di Sisi Anda

berpartisipasi dalam "My BCA Experience" Blog Competition

Senin, 04 April 2016

Ganti Sim Card ke 4G

Selasa, 4 April 2016



Selama ini saya masih kekeh menggunakan jaringan internet 3G, yaitu Ind*sat. Pake operator itu karena di kost saya sinyal Telk*msel parah, bahkan di kamar gak ada sinyal sama sekali, satu bar pun gak ada. Untung saya menggunakan HP dual sim, sehingga tidak direpotkan kalo salah satu operator sinyalnya gak bagus. Keluarga di kampung pun mau gak mau menggunakan Ind*sat untuk menghubungi saya.

Minggu lalu, ketika sedang tugas di Bogor, saya berencana ganti sim card ke 4G untuk internet di HP. Saya kepo, apa sih bedanya layanan internet 3G dan 4G yang digembor-gemborkan iklan di tv. Galeri Ind*sat di Bogor agak sulit ditemukan walaupun lokasinya di jalan raya utama, Jl. Pajajaran. Sulit ditemukan karena tidak ada neon box atau sejenisnya di pinggir jalan (depan galeri). Sopir angkot pun memberhentikan saya di tempat yang agak jauh dari lokasi galeri.

Proses ganti sim card cukup cepat, sekitar 10 menit. Hanya diminta sim card awal dan KTP, kemudian tanda tangan formulir. Begitu di-restart, harus menunggu sms konfirmasi bahwa sim card 4G telah aktif. Awalnya saya tidak merasakan perbedaan antara 3G dengan 4G.

Sampai di tempat menginap, saya baru menyadari bahwa sim card 4G memang ada sedikit keunggulan, terutama kecepatan koneksinya yang cukup bagus. Namun hal ini belum cukup signifikan.

Pengaruh yang sangat terasa adalah ketika saya kembali ke kantor, di mana ruangan ada di lantai 10. Ketika masih menggunakan 3G, membuka Path butuh waktu sekitar 1-2 menit untuk loading gambar.
*Path memang salah satu aplikasi yang menguji kesabaran penggunanya karena saking berat untuk diakses, wkwkwk
Begitu ganti sim card 4G, tidak butuh waktu lama untuk loading gambar, palin cuma 3 detik. Jadi, jaringan 4G memang ada benarnya memberikan layanan yang lebih bagus.

Tunggu apalagi, segera ganti sim card kamu ke 4G ya. Etapi, cek dulu tipe HPmu, support gak ke jaringan 4G. Biar gak malu pas udah di depan CS operator galeri.

Utan Kayu, Jakarta Timur

5 Bulan Tanpa Blog, Ngapain Aja?

Selasa, 4 April 2016

Mungkin para pembaca setia blog (emangnya berapa jumlah pembacanya, wkwk) sangat menanti sekaligus kepo. Ini kenapa blog saya gak di-update lagi? Sibukkah? Sangat menikmati kehidupannya kah? Sampai-sampai blognya terbengkalai. Hehehe

Maafkan saya ya, teman-teman sekalian. 5 bulan lamanya blog ini gak keurus. Alasannya sangat simpel:
"Sejak akhir Oktober 2015 saya siap-siap pindah ke Jakarta, dan tidak siap menerima kenyataan tersebut."

Trus kenapa?
Karena saya masih merasa nyaman tinggal di Jogja (persis seperti slogan Jogja Berhati Nyaman). Sulit rasanya meninggalkan semua kenyamanan di kota gudeg. Udara paginya, jalanannya, angkringannya, sapaan tetangga, budanyanya, bahasanya. Pokoknya semuanya.... Hiks hiks..

Tapi, begitulah hidup. Semua pasti ada akhirnya. Selesai pendidikan di Jogja, harus pindah ke Jakarta (kembali ke unit kerja).
Rasanya ada banyak hal yang ingin saya ceritakan. Mulai pindahan, sampai menikmati masa-masa awal di Jakarta (lagi). Ya, saya sudah pernah tinggal di Jakarta cukup lama. Sejak kuliah D3 (2002-2005) lalu ketika kuliah D4 (2009-2010).

Yang beda, waktu itu tinggalnya di Jakarta pinggiran jauh (sebut saja Bintaro). Kalo sekarang benar-benar di Jakarta, Utan Kayu tepatnya (daerah Jakarta Timur).

Hmm, enaknya cerita mulai dari mana ya? Bingung lagi.
*Yah, nasib blogger pemula

Utan Kayu, Jakarta Timur

Selasa, 27 Oktober 2015

Radio Favorit


Selasa, 27 Oktober 2015 | 23.00 WIB

Saya sangat suka dengerin radio, bahkan sudah hobby. Salah satu penyebabnya mungkin karena radio adalah alat elektronik/komunikasi yang pertama kali ada di rumah saya, bahkan tv kalah. Punya radio ketika masih SMP, tahun 1998. Telat banget ya, mungkin teman-teman udah punya dari kecil, dengerin Nini Pelet, Mak Lampir, Tutur Tinular, dsb. Jadi saya gak sempat dengerin sandiwara radio legenda tersebut.
Punya tv bahkan pas udah kerja, tahun 2007. Makanya gak begitu suka dengan nonton tv.

Dengerin radio bisa jadi aktivitas yang menyenangkan. Alasannya, semacam ada komunikasi lebih intim dengan penyiarnya. Beda dengan tv. Bahkan saking senangnya, bisa ngefans dengan acara/penyiarnya.

Saya juga punya beberapa radio favorit sejak SMP sampai sekarang.

RWK FM (Radio Wijaya Kusuma). Radio di Klaten ini mungkin dominasi anak muda waktu itu, tahun 1999-an. Paling seru pas kirim salam dan request lagu waktu jam 7 malam. Penyiar favoritnya Almas Anansa. Suaranya berat, orangnya gaul, bahkan dia masih ikut sejawainoman, pemuda karang taruna yang melayani tamu di resepsi.

Jogja Radio. Bermarkas di Jakal km 17, radio yang mirip Prambors ini bahkan saya pantengin dari jam 6 pagi sampe 12 malam. Penyiarnya gaul abis dan muda banget. Saya yang usia SMA menuju kuliah ngerasa klop dengan format penyiarannya. Sempat ada kuis tebak-tebakan yang baru bisa kejawab satu bulan kemudian, si pemenang dapat 3,5 juta kayaknya. Nilai yang cukup banyak waktu itu.

Hardrock FM. Mulai kuliah di STAN Jakarta tahun 2000, iseng-iseng dengerin radio, dapat channel radio ini. Penyiarnya Melanie Ricardo, sangat vokal dan pinter bikin pagi jadi ceria. Alhasil, saya sering telat masuk kampus gara-gara mantengin siarannya.

Female Radio. Tahun 2005 suka dengan acara Dongeng Pagi yang dibawain Poetri Soehendro. Asyik juga dengerin acara khusus anak untuk pagi hari. Malam hari acaranya After Hour oleh Rudi Dahlan. Ini penyiar super keren. Malam terasa syahdu. Obrolannya pun khas untuk pendengar usia 25-35 tahun.

Rock FM Ambon. Acara favoritnya My Song. Suara penyiarnya melankolis dan enak. Saya bahkan sempat bela-belain untuk ketemu langsung dengan penyiarnya. Ngobrol panjang lebar tentang acara tersebut. Sayang radio ini udah gak siaran lagi.

Swaragama FM. Suka dengan Dreamland jam 9-12 malam. Topik yang dibahas seputar kuliah dan permasalahan sehari-hari, dengan suasana melow. Namun, mulai 5 Oktober kemarin ada rolling penyiar dan nuansanya pun tidak syahdu lagi.


Waspada Belanja dengan Kartu Debit

Selasa, 27 Oktober 2015 | 11.20 WIB


Pernah ketika berbelanja, saya menggunakan kartu ATM (debit) bank N. Saya lihat toko tersebut tidak ada EDC (mesin debit) khusus bank N, adanya malah bank M. Setelah digesek, saya mengira diminta untuk memasukkan PIN. Ternyata tidak, saya diminta untuk menandatangani slip 2x. Selesai belanja, saya jd terpikir, gimana ya kalo seandainya kartu ATM saya jatuh/hilang, kemudian disalahgunakan orang untuk belanja? Bisa saja orang tersebut sudah paham tentang EDC yang tidak perlu input PIN. Wah, bisa bobol rekening ya...

Iseng-iseng saya browsing tentang penerapan PIN atau tanda tangan di mesin EDC. Yang jelas, kartu ATM/debit untuk bank yang sama, pembeli harus memasukkan PIN. Sementara kalau untuk beda bank, saya masih bingung dan belum mendapat kejelasan.



Beberapa artikel di atas, secara umum memberikan gambaran bahwa jika kartu ATM/debit ada logo Visa atau MasterCard, kita harus hati-hati. Pasalnya, jika digesek di EDC bank lain, verifikasinya cuma tanda tangan, dan di kartu bagian belakang pasti ada tanda tangan. Gampang banget khan nyontek tanda tangan.

Atau juga bisa pilih kartu debit yang tidak ada logo Visa/Mastercard, seperti Bank C. Sementara Bank M ada logo Visa, Bank R dan Bank N ada logo MasterCard.
*saya yakin Anda semua paham inisial bank tersebut :)

Kampus MEP UGM, Yogyakarta

Kopi Poki: Aromanya Lembut, Gak Pake Ampas

Selasa, 27 Oktober 2015 | 11.20 WIB
Pagi menjelang siang gini paling enak minum kopi ya. *Oh iya, menurut penelitian waktu minum kopi paling bagus sekitar/setelah jam 9 pagi. Mungkin ada pengaruh suhu udara & metabolisme tubuh setelah sarapan kali ya.*

By the way, postingan kali ini untuk memenuhi permintaan seorang teman main tenis, Mas Twinto, untuk memberikan testimoni kopi produksinya, yang dipasok dari daerah Temanggung. Namanya Kopi Poki. Dulu pas promo dikasih harga Rp15.000. Ada dua jenis, aroma kuat dan kafein kuat.
Penamaan Kopi Poki mungkin terinspirasi dari pembentukan kata (linguistik) metatesis, yaitu proses perubahan bentuk kata di mana dua fonem dalam sebuah kata bertukar tempatnya. Contohnya, usap - sapu, tebal - lebat, resap - serap. Kedua jenis kata itu maknanya mirip, walaupun cuma bertukar fonem.
Kemasan Poki Kopi
Ketika saya mencoba untuk mencicipi, satu yang harus diakui, kopi ini tidak menggumpal, tidak ada ampasnya. Aromanya lembut dan harum. Walaupun bukan pecinta kopi, namun menurut saya kopi ini cukup diacungi jempol. Pasalnya, ketika biasanya minum kopi, setengah jam kemudian saya sering merasa jantung berdebar-debar alias deg-degan. Dengan kopi ini, saya tidak merasakan deg-degan.
Mungkin Anda yang pecinta kopi, bisa merasakan sendiri kekhasan dan kelebihan kopi ini. Salah seorang teman bahkan sampai mengetes dengan melihat butiran-butiran kopi, jumlah gumpalan/ampas. Sampai detail begitu, maklum teman saya seorang dosen farmasi, jadi sense untum hal beginian sudah pasti dalam lingkup pekerjaannya. Hehehe...
Ngomong-ngomong tentang kopi, jadi ingat Filosofi Kopi. Saya sudah baca kumpulan cerpen karya Dewi Lestari itu. cerpen pertama memang berjudul "Filosofi Kopi" yang kemudian difilmkan. Sayang, saya belum sempat nonton filmnya. Cerpennya sangat-sangat bagus, dengan ending yang sangat sederhana namun keren.
Diceritakan kopi yang berasal dari daerah terpencil di kota saya, Klaten, diakui sebagai kopi paling enak. Kesederhanaan penampilan, kebersahajaan dalam hidup, kebersamaan dengan sesama peminum kopi, dan pelayanan sepenuh hati mungkin bersatu menjadikan kopi terenak.

Kampus MEP UGM, Yogyakarta