Senin, 19 Oktober 2015

Perjalanan yang Seru ke Candi Ijo dan Batu Papal

Senin, 19 Oktober 2015 | 22.20 WIB

Apa yang ada dalam benak Anda dengan foto di atas? Daerah perbukitan kering dan tandus serta sepi dari keramaian penduduk?
Saya pun awalnya sependapat dengan Anda.

Namun ketika saya mencoba untuk menelusuri jalanan, pesimisme itu langsung terbantahkan.

Ceritanya, tadi pagi saya ada gladi resik untuk wisuda besok pagi. Acara berlangsung dari jam 8 sampai 11 siang. Setelah itu kira-kira jam 12.30, saya mengajak Mas Dana untuk ke Piyungan. Mas Dana ini teman kampus yang sama-sama wisuda dan mau pindahan ke Jakarta karena tugas belajar sudah selesai. Karena barang-barang pindahannya gak begitu banyak, saya menawari Mas Dana untuk skalian nebeng barengan saya pindahan, soalnya saya menyewa truk, jadi siapa tau masih muat. Mas Dana setuju, akhirnya kami sepakat untuk mengecek truk itu yang berlokasi di Piyungan, yang telah diberitahu denahnya.

Berboncengan dengan motor matic, dari Prambanan kami menuju ke arah Candi Boko di sebelah selatan. Sesampai Candi Boko, terus ke arah selatan sampai dengan plang petunjuk Candi Ijo. Kami belok kiri dan mengikuti jalan tersebut. Kira-kira 2 km kemudian jalanan mulai naik. Sempat pesimis karena di kanan kiri cuma kebun kering dan gersang serta jalanan yang berlubang di beberapa lokasi. 
Jalan menuju Candi Ijo
Namun tak lama kemudian kami menjumpai beberapa rumah, sampai akhirnya ada truk di kiri jalan yang diparkir di depan rumah. Kami menanyakan apakah itu memang truk yang dimaksud. Ternyata benar. Sekitar 30 menit kami ngobrol dengan sang sopir truk yang akan membawa barang-barang pindahan saya. Truk saya minta untuk mampir ke Kendal dulu karena ada beberapa barang yang harus diturunkan di rumah mertua. 
Truk yang akan saya sewa untuk pindahan
Awalnya tarif Jogja - Jakarta sebesar 2,2 juta, tapi karena harus lewat Kendal (jalur pantura), sang sopir minta jadi 2,5 juta. Okelah, deal. Pas mau pulang, kami menanyakan jalan balik namun yang lewat Candi Ijo. Oh iya, saat itu ada back hoe yang sedang berjalan menurun. Saya dan Mas Dana yang belum pernah lihat jadi khawatir kalo-kalo back hoe tersebut jatuh atau terguling. Ternyata sopirnya sudah ahli. Hehehe...
Dan back hoe pun tertatih-tatih di jalanan menurun...
Jalan ke Candi Ijo masih seperti jalanan sebelumnya, menanjak dan berlubang. Kira-kira 2 km lagi akhirnya sampai ke candi tersebut. Candi itu memang lokasinya di tempat tertinggi, mungkin biar lebih dekat dengan  Yang Di Atas dalam sembahyang, seperti halnya Pura Besakih di Bali.
Candi Ijo
 Kami pun meneruskan perjalanan. Beberapa saat kemudian jalanan menjadi lebih bagus dan mulus, tidak ada lubang di sana-sini. Tiba-tiba lihat ada spanduk beginian.
Iseng-iseng kami turun sebentar. Ini lokasi wisata, terbukti dengan adanya spanduk dan tempat parkir, namun sepertinya jarang ada pengunjung. Dan kami pun dibuat takjub dengan pemandangannya yang indah. Sejenak kami melepas lelah dan bersantai.
Bisa lihat pemandangan sawah terhampar..
Jalanan selanjutnya lebih bagus. Pohon-pohon yang meranggas sepanjang perjalanan. Seandainya ini musim penghujan, pasti lebih hijau dan bagus. Dengan menyusur jalanan tersebut akhirnya sampai juga ke Jl. Prambanan - Piyungan yang berujung Jl. Wonosari.
Jalan ke arah Piyungan
Rasanya gak rugi dan gak sia-sia perjalanan kali ini. Awal yang kurang menyenangkan (jalanan menanjak dan rusak) berakhir dengan memuaskan (jalan bagus, pemandangan indah, tempat wisata di ketinggian).

banner
Previous Post
Next Post

0 komentar: